Dalam kegiatan kuliahnya, mahasiswa memanfaatkan baju yang tidak seragam sama seperti peserta didik SMA—kecuali universitas kejuruan atau yang ada ikatan Instansiseperti IPDN. Baju yang mereka pakai telah dimodifikasi sedemikian rupa, mengikuti perkembangan yang ada dan pastinya sesuai selera mereka—yang utama masihlahmenjaga batas-batas kepatutan.
Tak ada yang sanggup langsung menyebutkan atau menebak, seseorang yakni mahasiswa, kecuali dikenali melalui Kartu Tanda Mahasiswa.Tapi, ada seragam tertentu yang mampu jadi identitas seorang mahasiswa. Seragam tersebut lazim dinamakan yang merupakan jas almamater. Tentu saja, jas almamatertidak diperlukan setiap hari ke kampus. Jas almamater dimanfaatkan dalam momen-momen khusus. Jas almamater berfungsi juga sebagai public relation bagi sebuah kampus, bukan semata seragam.
Jas almamater selalu identik bersama hal-hal berbau intelektual dan pengabdian. Lihat saja aktivitas Minggu Ilmiah Mahasiswa, pesertanya dijamin menggunakan jas almamater. demikian pun dengan kuliah kerja nyata yang notabene sebuah pengabdian terhadap warga, jas almamater digunakan. Jadi, jas almamater diperlukan dalam momen yang berbau intelektualitas dan pengabdian terhadap penduduk dikarenakan dia yang merupakan representasi dari sebuah kampus.
Mahasiswa yang memanfaatkan jas almamater pun hampir pasti diidentikkan dengan mahasiswa yang aktif (aktivis) atau sedang jadi delegasi kampus untuk agenda-agenda tertentu.
Seorang aktivis yang melaksanakan tindakan demonstrasi dalam rangka menjalankan fungsi mereka yang merupakan sosial control kepada pemerintah sertamenggunakan jas almamater.
Histori sudah mencatat, bagaimana demonstrasi besar-besaran saat menjelang zaman reformasi, jalan-jalan di Jakarta dipenuhi oleh anak-anak muda dengan jas almamater anekawarna. Jas almamater turut mengawal perjalanan bangsa ini. Begitulah, jas almamater sudah jadi suatu makna perjuangan, pengabdian, dan intelektualitas, yang seluruhnya itu terangkum dalam tridarma perguruan tinggi merupakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian terhadap warga.
Tapi, makna yang begitu besar itu saat ini sudah bergeser seiring bersama perkembangan zaman. Jas almamater yang identik dengan tempat-tempat semacam forum diskusi, momen bakti sosial, atau mimbar-mimbar akademik yang bersesuaian dengan tridarma perguruan tinggi, sekarang ini turut menghiasi monitor kaca.
Bukan jadi delegasi untuk sebuah aktivitas yg mana mereka jadi peserta aktif, melainkan jadi peserta pasif - jadi penonton.
Kita dapat saksikan contohnya, bagaimanakah acara-acara talk show, komedi, kuis (yang tidak bersinggungan dengan akademik dan pengabdian), dan semacamnya sudahb dihadiri pun oleh sekelompok anak muda yg memanfaatkan jas almamater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar